Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kepala Balitbang Kemendikbud), Totok Suprayitno menjelaskan, para guru kerap merasa Pancasila sering berhenti pada tataran pengetahuan dan ujian.
Padahal Pancasila seharusnya melampaui ilmu pengetahuan dan pelajaran. Untuk itu, perlu dilakukan revitalisasi penanaman nilai-nilai Pancasila agar anak-anak dididik dengan mengutamakan pembudayaan Pancasila.
Sehingga, lanjut Totok, guru pengampu mata pelajaran Pancasila bertindak sebagai vocal point untuk pelaksanaan Pancasila. Ditambahkan Totok, ke depan pembentukan karakter Pancasila akan lebih bersifat praktik, bukan sekedar tataran pengetahuan.
Dia mencontohkan, ketika mengajarkan nilai gotong royong, guru harus langsung praktik, sehingga tidak hanya pada tataran teori.
Dia pun menegaskan, para siswa tidak akan dibebankan mengikuti ujian sebagai evaluasi akhir mata pelajaran Pancasila.
Evaluasi berbentuk ujian akan kembali menempatkan materi Pancasila di tataran pengetahuan karena berakhir pada penilaian.
Evaluasi berbentuk ujian akan kembali menempatkan materi Pancasila di tataran pengetahuan karena berakhir pada penilaian.
"Penilaian akhir itu ujiannya apa, akhirnya pendidikan berakhir di penilaian. Kami sudah ada rapor karakter, tapi deskripsi evaluasi pun bukan pelabelan pada anak," kata Totok yang SekolahDasar.Net kutip dari JPNN (12/07/19).
Evaluasi, nantinya, menurut Totok, akan berupa deskripsi pencapaian siswa pada rapor karakter pengembangan sikap, karakter, nilai, dan moral Pancasila. Ia Mencontohkan karakter empati yang dicerminkan pada perilaku nyata seperti menolong teman yang kekurangan atau membutuhkan.
"Guru mendeskripsikan, misal Pancasila empati dicerminkan perilaku nyata, itu menolong anak yang kekurangan yang membutuhkan, jadi bagaimana anak menolong temannya, apakah belum berkembang, sudah berkembang, sudah terbiasa, dan sudah membudaya," jelas Totok.
Pendidikan nilai moral Pancasila menjadi wahana strategis bagi pengembangan kesadaran moralitas anak melalui pengalaman belajar dengan relasi yang lebih luas dan plural.
Penumbuhan pribadi subyek didik bisa pula dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti pembinaan rohani siswa, kegiatan Pramuka, olah raga, organisasi, pelayanan sosial, karya wisata, lomba, kelompok studi.
Jalur ini memberi wahana interaksi komunikasi sekaligus mengasah diri subyek didik menjadi generasi bangsa yang cerdas, dan berintegritas.
(Sumber:sekolahdasar.net)