Galih Ginanjar ditangkap polisi karena kasus video ikan asin.
Dalam video tersebut, Galih yang diwawancarai oleh Rey Utami membandingkan hubungan seksual dengan Fairuz A Rafiq yang merupakan mantan istrinya dan Barbie Kumalasari
yang merupakan istrinya sekarang.
Pakar studi jender dan budaya dari Universitas Sebelas Maret, Sri Kusumo Habsari, PhD, Menjelaskan bahwa dia menangkap adanya unsur misogini di dalam kata-kata Galih.
Bagi pria misoginis, perempuan adalah obyek yang pasif dan obyek seksualitas pria.
“Misogini bisa merupakan kebencian laki-laki terhadap perempuan, tetapi berada pada alam bawah sadar.
Bagi pria yang misoginis, perempuan hanya obyek belaka, diberi uang, dicukupi, tapi hanya sebagai obyek seks,” ujar Habsari
Pria misoginis biasanya tidak malu bicara tentang hubungan seks mereka ke publik dengan mengemukakan hal-hal tentang perempuan yang cenderung merendahkan
Karena perempuan hanya obyek dia.
Meskipun dia memuji pasangannya sekarang, unsur bahwa perempuan adalah obyek bagi dia tetap terasa kuat.
Habsari menjelaskan bahwa sifat misoginis sebetulnya bertentangan dengan budaya asli Indonesia.
Negara kita justru memiliki salah satu fluiditas peran jender tebaik di dunia, dan seperti negara-negara Asia Tenggara lainnya, nilai perempuan di
Indonesia termasuk tinggi.
“Video tersebut justru tidak lagi mencerminkan nilai budaya Indonesia.
Video tersebut malah mengingatkan saya sitkom Family Guy (asal Amerika Serikat) yang kental dengan unsur misogini,” kata Habsari.
Secara norma dan nilai budaya, Habsari juga menemukan adanya pergeseran di mana hal-hal yang bersifat privat
Dibawa ke ranah publik dan tidak lagi malu untuk dibicarakan.
“Malu adalah budaya timur dan sudah hilang pada proses wawancara baik dari host (Rey Utami) maupun bintang tamu (Galih Ginanjar),” ucapnya.
(sumber:kompas.com)